Kini Banyak Pesawat Nganggur, Maskapai Megap-Megap Masalah Bayar Parkir -->

Kini Banyak Pesawat Nganggur, Maskapai Megap-Megap Masalah Bayar Parkir

Menurutnya, skema insentif yang butuh diserahkan oleh pemerintah dapat melaksanakan beraneka

DETIKBMI.COM - Maskapai penerbangan Indonesia dan dunia tengah terhimpit sangat keras. Aktivitas operasional penerbangan menurun dampak pandemi Covid- 19, tetapi banyak biaya yang masih wajib jadi beban. Salah satunya biaya parkir pesawat atau jasa pelayanan penumpang pesawat udara( PJP2U).

"Kalau dari industri penerbangan yang kita minta itu penghapusan biaya PJP2U, biaya parkir pesawat. Mungkin sedang pada tahap diskusi di level kementerian, belum terealisasi. Ini kan kita bicara secara bertahap aktivitas bisa kembali lagi," kata Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja kepada CNBC Indonesia, Jumat (17/7/20).

Bila tidak dapat dibebaskan, ia berharap paling tidak terdapat kebijaksanaan janji yang lebih panjang. Alasannya, semenjak Maret, April, Mei, serta Juni, operasional pesawat merosot drastis. Bila beban biaya di bulan- bulan itu ditagihkan dengan cara berbarengan, hingga tentu maskapai akan kesusahan bangkit.

"Misalnya nanti September sudah nol Covid-19. Kalau nanti mulai operasi dikirimi invoice bulan Maret ya nggak jalan dong," tandasnya.

Menurutnya, skema insentif yang butuh diserahkan oleh pemerintah dapat melaksanakan beraneka ragam metode.

"Bisa penundaan bayar, bisa restrukturisasi pembayaran, diamortisasi lebih luas lagi misalnya cara pembayaran yang 4 bulan dari Maret, April, Mei, Juni ini dicicil setahun gitu kan banyak mekanismenya. Spiritnya dulu ini harus sudah stabil. Kalau bicara insentif sekarang orang market-nya nggak ada," urainya.

Dikatakan, dengan cara prinsip masyarakat terkini ingin mulai melaksanakan kegiatan- kegiatan produktif yang lain, jika mereka merasa aman atas data mengenai pengaturan penyebaran Covid- 19. Tetapi, dikala ini dari hari ke hari nilai kasus terkini Covid- 19 masih kerap mencapai rekor.

Perihal ini pula kurangi aktivitas aktivitas produktif masyarakat. Karenanya, warga butuh diyakinkan kalau pemerintah ini sanggup mengatur penyebaran Covid- 19.

"Otomatis gini lah kalau misalnya sekarang bulan Juli, tiba-tiba Agustus di minggu pertama turun 50%, di minggu keduanya turun lagi 30%, udah pasti orang ke mana-mana itu nggak usah disuruh suruh. Untuk mengembalikan itu jadi tidak ada pilihan lain dan pengendalian Covid-19 ini harus lebih terstruktur lagi penanganannya. Jadi kita kalau bicara soal insentif nanti, begitu sudah turun," tegasnya.

Dalam situasi demikian, esoknya terkini relevan buat membahas insentif. Baginya, insentif yang akan diusulkan pula janganlah hingga memberati mata kaitan bidang usaha penerbangan yang lain.

"Mungkin nanti kita coba bicarakan apa yang menjadi solusi buat maskapai. Tapi juga tidak terlalu membebani ekosistem bisnisnya misalnya angkasa pura, karena angkasa pura kan juga ada biaya bayar listrik, bayar biaya operasional mereka, termasuk AirNav juga," katanya.


Source: cnbcIndonesia

LihatTutupKomentar