Kamis, 28 Februari 2019
DETIKBMI.COM - Wakil ketua Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Yuniyanti Chuzaifah menyebutkan, kasus-kasus hukuman mati yang dialami tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri bermula dari Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) saat tinggal di Indonesia.
"Mereka tu akar masalahnya bermula saat menjadi korban KDRT. Kemudian, karena itulah mereka migrasi ke negara Iain sebagai seorang TKI," ujar Yuni dalam konferensi hukuman mati dan hak hidup yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Yuni mencontohkan almarhum TKI Tuti Tursilawati yang mengalami hukuman mati di Arab Saudi. Ia memilih menjadi buruh migran karena mengalami KDRT saat masih di Majalengka.
"Dia (Tuti) berangkat menjadi buruh migran karena KDRT. kekerasan yang ia alami saat berkeluarga di Majalengka terjadi karena faktor kemiskinan," ungkapnya.
Karena KDRT, Ianjut Yuni, biasanya mereka ingin mencari tempat yang baru guna melindungi diri dan memulihkan psikologisnya.
Namun, sayangnya, hal itu justru dimanfaatkan oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab dengan merekrut mereka sebagai seorang TKI ilegal.
"Mereka menjadi sasaran sindikat narkoba di Indonesia maupun Iuar negeri. Akhirnya terjadilah recycle trafficking yang mereka alami," papar Yuni.
Untuk itu, Yuni meminta kepada pemerintah agar mencegah secara dini ke daerah-daerah yang rawan terjadinya KDRT dan perekrutan TKI ilegal.
Penyelesaian lintas negara juga diperlukan untuk Iebih tegas dalam memutus rantai kekerasan yang berkelanjutan hingga bisa berujung pada hukuman mati bagi TKI.
Adapun dalam 10 tahun terakhir, berdasarkan catatan Migrant Care, ada enam buruh migran Indonesia yang dieksekusi mati.
Sumber: Kompas.com